Senin, 14 November 2011

SATU BILIK DALAM TAMAN MADUGANDA


Deritnya pernah terdengar begitu merdu
Para-para pun ikut tergetar sendu
Kini suaranya telah menjadi lagu terasing
Bukan tak sudi ataupun ingin berpaling

Cengkerama mesra kala candikala
Telah menjadi sandiwara dengan pembatas tebal
Dinding aturan telah pula mengikat menjadi sumpal
Serapah yang tersisa menyimpan isak disimpang sang kala

Senda punakawan pun pernah menghibur ceria
Bukan hanya senyum namun tawa jenaka
Kini beringsut menjadi bilur perih
Pada iramanya terdengar sayatan nyeri melirih

Pun senja jingga diujung hari
Pernah menyimpan segudang rindu ditepian sungging mentari
Pernah pula indah temaramnya
Kala pelangi menghias usai gerimis menghampiri rembahnya

Masih terasa begitu menyatu
Saat panah menembus jantung kenikmatan
Dimana lembut desah melingkup waktu
Mendendang irama hujan menuntas kepuasan

Satu bilik dalam taman Maduganda
Saksi abadi terciptanya sebuah nelangsa
Sebelum nahkoda terhempas badai persada
Setelah sang awak tenggelam dalam peluh luka rasa

Inspire, PANAH SRIKANDI

Nakula 14, 30.10.2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar